Surat Izin Mencintaimu (SIM)

Hisyam Asadullah
3 min readSep 13, 2022

--

Sumber: Dokumentasi Pribadi.

Teruntuk Puan disana, apa kabarmu?

Aku disini baik — baik saja tidak kekurangan satu hal apapun, alhamdulillah. Mari kita selalu bersyukur terhadap segala nikmat dan karunia yang telah diberikan oleh-Nya dengan memaksimalkan potensi kebaikan yang kita punya. Tak apa lelah di jalan perjuangan, asalkan tidak berhenti. Kita akan berhenti dengan sendirinya hanya karena dua kemungkinan.

Pertama, ruh kita telah tercabut dari jasad yang selama ini menjadi tempat bersemayam. Kedua, kita telah putus harapan terhadap apa yang kita perjuangkan. Semoga kita berhenti di kemungkinan pertama ya. Aamiin.

Teruntuk puan disana, apa kabarmu?

Aku disini sibuk sekali. Entahlah, kenapa rasa — rasanya ada saja yang harus dilakukan setiap hari? Alhamdulillah diberikan kesibukan berada di dalam kebaikan. Mungkin memang sedang masanya saja ya. Dan semoga bisa terus sibuk dalam kebaikan seperti itu.

Sejujurnya aku penasaran, apakah kamu sama sibuknya denganku? Apakah kamu saat ini sedang sibuk dengan Akademik? Organisasi? Atau mungkin Urusanmu yang lain? Entahlah. Mungkin nanti kita bisa bercerita panjang bagaimana pada akhirnya takdir mempertemukan kita kelak.

Teruntuk puan disana, apa kabarmu?

Aku saat ini sedang mencoba untuk memantaskan diri. Banyak sekali kekurangan yang kumiliki, banyak sekali lubang yang harus diisi dengan ilmu pengetahuan, banyak sekali sifat — sifatku yang kurasa harus segera diperbaiki sebelum bertemu. Percayalah, usaha tak akan mengkhianati hasil.

Ah berbicara mengenai usaha, hasil dan kawan — kawannya, kurasa juga ada pemahaman yang harus diperjelas. Bahwa usaha tak akan mengkhianati hasil jikalau usaha yang dilakukan juga merupakan usaha — usaha yang baik dan benar caranya. Terkadang kita terlalu fokus pada hasil yang ingin dikejar, tapi lupa bahwa selama proses perjalanan usaha yang dilakukan dengan cara yang salah tak akan membawa kebaikan ke dalamnya. Mari menjaga usaha dan hasil itu tetap suci sampai waktunya tiba, sampai harinya tiba.

Teruntuk puan disana, apa kabarmu?

Terkadang aku sering bertanya, siapakah dirimu kelak yang akan bersanding bersama? Apakah kamu yang sudah kukenal lama? Apakah teman SD? SMP? SMA? Kuliah? Organisasi? Atau kita pernah bertemu di tempat — tempat lain yang pernah kukunjungi? Atau mungkin kita memang belum pernah bertemu? Pertanyaan itu seringkali berputar di kepala, tapi tak kunjung mendapatan jawaban. Setidaknya sampai tulisan ini dibuat.

Sungguh sangat misterius sekali ya. Aku tak tahu kamu siapa, dimana dan sedang apa. Begitu pun sebaliknya. Sunnatullahnya memang begitu. Tak perlu risau. Seperti yang disampaikan oleh Umar bin Khattab Ra.:

“Hatiku tenang, karena mengetahui apa yang menjadi takdirku tak akan pernah melewatkanku dan apa yang melewatkanku tak akan pernah menjadi takdirku”.

Teruntuk puan disana, apa kabarmu?

Oh ya, sempat beberapa waktu lalu aku berbicara dengan ibuku. Kamu tahu ibunda bilang apa ketika aku bertanya tentang kriteria yang ia harapkan? Sebenarnya tak muluk — muluk soal strata pendidikan minimal, tak juga bicara tentang hafalan Quran minimal, ataupun berbicara tentang keturunan terhormat. Ibuku fokus pada satu hal: Akhlak.

Akhlak akan menentukan bagaimana nanti kita akan bersikap. Akhlak akan menentukan bagaimana nanti kita menghadapi masalah bersama. Akhlak juga akan menentukan bagaimana pola pengasuhan yang akan dijalani. Jadi, aku akan perbaiki akhlakku terlebih dahulu sebelum akhirnya kita berada pada posisi yang setara untuk bersama.

Teruntuk puan disana, apa kabarmu?

Satu hal lagi, kuharap surat ini akan kita baca lagi bersama, entah kapan itu. Aku ingin kita sama — sama memaknai arti surat ini kembali. Aku yakin pasti banyak yang kurang dari surat ini dan harus dijabarkan kembali, maka aku perlu bantuanmu untuk melengkapi surat ini.

Kenapa nama surat ini “Surat Izin Mencintaimu”? Karena aku berharap surat ini menjadi awalan, setelah akad, dilanjutkan dengan taat, sampai surga di akhirat.

Tetaplah menjaga, karena sejatinya yang menjaga hanya untuk yang terjaga.

--

--