“Syam, Kapan Lulus?”

Ide di hari raya

Hisyam Asadullah
3 min readApr 22, 2023
Sumber: Dokumentasi pribadi.

Lebaran 2023 bagi saya agak sedikit berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Pertama, saya telah berada di rumah sejak awal bulan ramadhan. Sesuatu yang sangat jarang sekali terjadi. Sebagai anak rantau sejak SMA, biasanya saya akan mudik H-7 lebaran ataupun secepat-cepatnya H-10 lebaran. Namun, situasi dan kondisi menyebabkan saya harus pulang lebih awal.

Kedua orang tua saya pada awal bulan ramadhan berangkat umroh ke tanah suci. Sehingga, mau tak mau harus ada salah satu anaknya yang jaga rumah. Kedua kakak saya tidak mungkin untuk pulang duluan ke rumah karena keduanya sudah bekerja. Adik saya pun tidak bisa kembali ke rumah duluan karena masih mondok. Alhasil, saya pun harus pulang lebih dulu karena posisi saya yang paling memungkinkan. Mahasiswa semester 8 yang tinggal nyusun skripsi. Kira-kira begitulah kondisinya.

Kedua, pertanyaan yang disampaikan agak berbeda dari tahun-tahun sebelumnya. Saya telah masuk semester 8 di tingkat akhir perkuliahan dan sedang menyusun skripsi. Maka, layaknya pertanyaan orang-orang pada umumnya: “Syam, Kapan Lulus?”.

Pertanyaan yang sebenarnya sudah saya prediksi bahwa akan ditanyakan orang-orang kepada saya. Dan jawaban saya cukup normatif saja: “Doakan saja, tahun ini. Insya Allah”. Begitu saja. Tak terlalu panjang lebar. Orang-orang pun akan mendoakan semoga bisa cepat lulus dan melanjutkan karir di mana pun itu.

Katanya, pertanyaan-pertanyaan seputar “Kapan lulus?”, “Kapan nikah?”, dan “kapan-kapan” lainnya agak sensitif untuk ditanyakan. Katanya, pertanyaan seperti itu tak pantas untuk ditanyakan karena menyangkut hidup pribadi seseorang. Namun, saya merasakan hal lain. Saya merasa hal tersebut biasa saja untuk ditanyakan. Entah saya yang kurang peka atau bagaimana. Akan tetapi, saya mempunyai beberapa pendapat mengenai itu.

Barangkali saya sedikitnya terpengaruh oleh buku “Seni untuk Bersikap Bodo Amat” karya Mark Manson ataupun buku “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring yang menyatakan bahwa: Pentingnya bagi kita untuk mengatur prioritas dan tak usah mencoba mengubah hal-hal yang berada di luar kuasa kita. Sehingga, mindset yang terbentuk adalah bodo amat — dalam hal positif — pada hal-hal yang tidak penting dan mencoba memberikan perhatian hanya pada apa yang menjadi kuasa kita.

Pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan terkait “kapan-kapan” tadi adalah pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh orang lain. Bukan atas kehendak saya, namun atas kehendak mereka. Sehingga, hal tersebut menjadi sesuatu yang berada di luar kuasa saya untuk dikendalikan. Apa yang bisa saya kendalikan adalah respon saya terhadap pertanyaan tersebut. Apakah saya marah? Sedih? Senang? Kecewa? Respon itu ada berada pada kendali saya.

Sehingga, pertanyaan itu bersifat netral. Tak bersifat tendensius untuk melukai, hanya sebuah pertanyaan normal. Sekarang, tergantung kita menginterpretasikan pertanyaan tersebut. Apakah menurut kita pertanyaan itu positif? Negatif? dsb. Kemudian, interpretasi tadi akan melahirkan respon yang sesuai dengannya. Bagi saya, pertanyaan tersebut hanyalah pertanyaan ingin tahu saja. Tak lebih tak kurang.

Selanjutnya, pertanyaan tersebut adalah pertanyaan common sense. Pertanyaan yang masuk akal untuk ditanyakan kepada saya. Sekarang, saya adalah mahasiswa tingkat akhir semester 8. Maka, pertanyaan tersebut menjadi sangat wajar, karena memang saya sudah berada di tingkat akhir, menyusun skripsi, dan segala hal yang bersifat “menyelesaikan perkuliahan”. Dan sebentar lagi akan lulus (Aamiin). Walaupun memang ada beberapa orang meyakini bahwa lulus itu tak harus semester 8, hal tersebut di luar topik pembahasan. Karena yang kita bahas disini adalah common sense, penilaian yang sehat dan bijaksana berdasarkan persepsi sederhana tentang situasi atau fakta.

Terakhir, mereka hanya ingin tahu kabar kita. Itu saja. Bayangkan, Anda selama setahun terakhir telah berkuliah di suatu tempat yang jauh. Jauh dari keluarga, jauh dari tetangga, jauh dari kampung halaman. Kemudian, Anda pulang ke rumah. Tentunya yang akan mereka tanyakan adalah bagaimana proses Anda disana. Dan salah satunya adalah “Kapan lulus” tadi. Jadi, tak perlu ditanggapi dengan marah, malu ataupun emosi negatif lainnya. Mereka hanya ingin tahu, karena sudah lama tak bertemu.

Sumber: Dokumentasi pribadi.

And last but not least, Selamat hari raya idul fitri bagi yang merayakan dan membaca tulisan ini!

--

--

Hisyam Asadullah
Hisyam Asadullah

Written by Hisyam Asadullah

Try to write everything on my thoughts

No responses yet