Threads: FOMO dan Pilihan
Baru awal bulan juli ini, mark zuckerberg meluncurkan salah satu media sosial ciptaan perusahaannya, yakni threads. Hari pertama launching, threads menjadi sosial media yang mencapai jumlah pengguna paling banyak dalam waktu singkat, yaitu sekitar 30 juta pengguna hanya dalam satu hari saja. Namun, pertumbuhan itu tak sejalan dengan tingkat keaktifan penggunanya. Menurut Sensor Tower, pengguna aktif harian Threads mencapai sekitar 13 juta, turun dari 44 juta pada tanggal 7 Juli 2023. Ada apa?
Ikut-Ikutan
FOMO. Fear of Missing Out. Ketakutan kehilangan momen. Kalimat yang sudah sering sekali kita dengar, barangkali beberapa tahun ke belakang. Takut ketinggalan barang-barang terbaru. Takut ketinggalan tren terkini. Dan ketakutan-ketakutan lainnya yang menunjukkan bahwa kita tidak mau ketinggalan. Salah satunya tentang sosial media.
Pertama kali Meta meluncurkan aplikasi threads, masyarakat berbondong-bondong membuat akun threads. Kebanyakan mereka adalah pengguna instagram, karena akun threads juga berkaitan langsung dengan akun instagram. Sehingga, kalau kita hendak menghapus akun threads , maka akun instagram pun akan ikut terhapus. Beberapa orang bilang itu adalah jebakan. Menurut saya, hal tersebut normal-normal saja. Instagram dan threads berada pada naungan perusahaan yang sama, Sehingga itu merupakan hak mereka dalam menentukan kebijakan. Selama tidak menyalahi aturan privasi, saya rasa tak ada masalah.
Setelah beberapa waktu mencoba aplikasi threads, beberapa pengguna berhenti menggunakannya. Menurut pantauan saya di instagram dan twitter, beberapa keluhan yang disampaikan antara lain: Tampilan yang kurang menarik, fiturnya yang hanya itu-itu saja, terlalu banyak selebgram di timeline yang membuat aplikasi threads menjadi kurang menarik. Akhirnya, beberapa orang menarik diri dari threads. Hal ini selaras dengan turunnya jumlah pengguna aktif aplikasi threads yang menurun secara signifikan.
Apakah mereka yang membuat akun threads, lalu kemudia berhenti menggunakannya adalah orang-orang yang FOMO? Bisa jadi iya, bisa jadi tidak. Semua kembali kepada diri pribadi masing-masing. Kalau akun threads tadi dibuat hanya sekedar untuk coba-coba tanpa tujuan, ikut-ikutan teman, maka bisa dipastikan mereka FOMO.
Tetapi, kalau membuat akun threads adalah sebuah pilihan sadar, entah karena ingin mencoba hal baru, meluaskan sayap bisnis, ataupun mungkin Anda adalah seorang social media specialist. Maka, anda tidak FOMO. Anda memilih. What’s the difference?
Pilihan dan Tujuan
Pilihan erat kaitannya dengan tujuan. Setiap pilihan kita hari ini tentunya berkaitan dengan tujuan kita di masa depan. Kita memilih untuk berkuliah di jurusan A, karena kita ingin bekerja di bidang A. Kita memilih untuk menjalankan bisnis B, karena tujuan kita adalah B, dst. Jadi, setiap pilihan kita sudah seharusnya memiliki dasar, yakni tujuan hidup kita masing-masing.
Perbedaan antara old generation dengan gen z adalah soal informasi. Old generation tidak menerima informasi sebanyak gen z terima hari ini. Sehingga, mereka bisa fokus dengan diri mereka masing-masing, tanpa gangguan yang terlalu berarti. Hari ini, gen z terlalu banyak diberikan pilihan. Namun, semakin banyak pilihan justru membuat mereka mengalami paradox of choice. Semakin banyak pilihan yang hadir, bukannya memberikan keleluasaan untuk memilih, justru memberikan kebingungan yang lebih banyak. Itulah paradox of choice.
Hal seperti ini tentu berbahaya jika dibiarkan berlarut-larut. Gen z tanpa kemampuan pengambilan keputusan yang pasti hanya akan melahirkan generasi yang kebingungan. Bagaimana cara menghadapinya? Tujuan.
Tujuan yang jelas akan memudahkan kita untuk menentukan mau memilih apa. Manusia merdeka untuk memilih, namun tidak merdeka dari konsekuensi pilihannya. Maka dari itu, penting untuk menentukan tujuan masing-masing sebelum menentukan pilihan yang akan kita ambil kelak.
Meskipun hari ini pilihan yang dihadirkan begitu banyak dan beragam, tetapi ternyata pilihan-pilihan itu tidak sesuai dengan tujuan kita, seharusnya hal tersebut cukup menjadi dasar bahwa kita tak perlu memilihnya. Alih-alih mengikuti arus yang mungkin kebanyakan orang pilih, kenapa kita tidak mencoba menentukan tujuannya terlebih dahulu, baru kemudian memilih?
Setiap manusia dilahirkan unik dan berbeda. Maka, sudah sewajarnya tujuan yang hadir pun berbeda pula. Tak apa sekali-kali untuk tidak mengikuti tren hari ini, jikalau memang tren tersebut tidak sesuai dengan tujuan yang hendak kamu capai. Daripada menjadi ikan mati yang hanya mengikuti arus air, kenapa tidak mencoba menjadi layang-layang yang terbang tinggi dengan melawan arus angin?